Miscellaneous

Luka

Kamu tahu kamu tidak bisa lagi melangkah mundur, atau membalikkan badan. Yang kamu tahu hanyalah, maju dan meninggalkan semua yang ada di belakang. Kamu tersentak, karena pria yang dulu pernah meninggalkan bekas dalam pada masa lalumu tidak kembali sebagai hantu, tapi mewujud nyata di depanmu.

Tapi kamu tahu…tak ada jalan kembali untuk dirinya, bersama kamu.

Adakah dari dirimu yang salah, karena lebih memilih sendiri tanpa harus melayani siapa-siapa saat ini? Kamu bertanya dalam hati, saat orang-orang di sekitar mulai menyalahkan kamu, atas pilihanmu yang tak bertekuk lutut lagi pada pria masa lalu.

Apakah kamu memang terlalu bodoh, tak bisa melihat bahwa pria yang barusan di depanmu telah berubah menjadi pria yang sepertinya bisa menjanjikan kamu segalanya? Kamu lagi-lagi bertanya dalam hati.

Tapi…apakah arti segalanya itu? Kamu bertanya pada dirimu lagi, kesekian kali.

Kamu dahulu, telah berlutut melakukan hal yang sama padanya. Kamu dahulu, telah terluka terlalu dalam. Meski kamu tahu, kamu bukan pendendam. Hanya saja, kata maaf tidak menjadi alasan seseorang untuk melakukan dua kali kebodohan.

Kamu memejamkan mata, mengendus aroma pepohonan yang terbawa angin, serta dedaunan yang hinggap di rambutmu. Kau menyentuh sang daun yang telah retak, dan sadar bahwa daun yang telah gugur dan mengering pun takkan bisa kembali ke ranting.

Miscellaneous

Aa

Rasanya aku tak perlu banyak bicara

Karena kata sesungguhnya hanya sebagian gelombang suara

Kadang dia bemakna

Tapi tidak, untuk saat ini, tak ada yang perlu berucap apa-apa

 

Tak ada yang salah dalam cinta

Tak ada yang abadi dalam rasa

Tak ada yang akan tersenyum selamanya

Tak ada yang terus meratapi nasibnya

Semua telah ada yang mengaturnya

 

Semua cukup disimpan di dada

Ditelaah dalam kepala 

Dihasratkan dalam jiwa

Saat tiba tepat masanya

Kata yang tersirat akan disertai rasa

Tak perlu menyalahkan ia

Karena sungguh, ketidaktahuan bukan salah siapapun juga

Aku hanya akan berjaga

Menangkapnya saat ia akhirnya sadar akan jatuh yang telah datang padanya

Tetap tersenyum padanya saat yang ia punya hanya air mata

 

Jika aku sekali lagi, tak mau bicara

Tak lebih hanya menjaga kewarasanku saja

Memperhatikan satu demi satu gugurnya bunga

Mengobati satu demi satu yang terluka

Mendoakan satu demi satu yang terlupa